Monday, April 4, 2011

Jelang F1 GP Malaysia: Debut Red Bull Dengan KERS

Jelang F1 GP Malaysia: Debut Red Bull Dengan KERS. Kinetic Energy Recovery Systems (KERS) masih menjadi pergunjingan menjelang pergelaran F1 GP Malaysia pada 10 April nanti di Sirkuit Sepang. Digunjingkan karena ada rumor bahwa Red Bull Racing akan memakai sistem ini di Sepang nanti. Red Bull merupakan tim yang selama ini dikenal tak terlalu meminati piranti peningkat akselerasi mesin ini.

Ketika tim-tim lain sudah memakai KERS dan mengembangkan teknologinya lebih jauh, Red Bull masih menerapkan paham konservatif, yaitu tanpa KERS. Sistem ini pada dasarnya memanfaatkan sebuah piranti untuk meningkatkan akselerasi mesin usai mobil direm saat memasuki tikungan. KERS menyimpan panas yang terbuang akibat proses pengereman, lalu memanfaatkannya untuk akselerasi. Ada tiga tipe KERS, yaitu memakai sistem elektrik, hidrolik dan mekanik.

Christian Horner, bos Red Bull pernah mengungkapkan alasan timnya tidak memakai KERS. "Tim teknis kami berpendapat bahwa KERS tidak diperlukan karena mereka kerepotan untuk menyesuaikan dengan bentuk mobil," ujar Horner, usai timnya memenangi seri pertama F1 GP Australia pada 27 Maret lalu.  

Alat tersebut sanggup memberi tambahan hingga lebih dari 80 daya kuda, tapi juga mengandung resiko mobil akan mendapatkan tambahan beban hingga 35 kilogram. Karena konsekuensi tersebut, KERS awalnya hanya diminati Ferrari, Renault, Sauber, dan McLaren. Tim-tim itu memanfaatkan KERS sebagai uji coba sebelum diterapkan pada produk mobil sport jalan raya. Namun, saat ini hanya Red Bull, di antara peserta F1, yang belum memakai sistem tersebut.

Menjelang GP Australia, Red Bull sempat mempertimbangkan pemakaian KERS, tapi dibatalkan dengan banyak pertimbangan. Salain karena masalah penambahan bobot dan penyesuaian terhadap bentuk mobil, karakter sirkuit Albert Park tidak terlalu memerlukan KERS. Albert Park adalah jalan yang dipakai untuk sirkuit sehingga tidak berkarakter cepat.

Sebaliknya, Sepang adalah sirkuit asli. Memiliki panjang 5,5 km, para pembalap F1 dihadapkan pada tantangan kontur sirkuit yang berbukit dan memiliki 14 tikungan. Total jarak yang harus ditempuh pada GP Malaysia adalah 310,408 km. Ini setara dengan 56 kali keliling Sepang.

Lantaran perbedaan karakter tersebut, Red Bull mulai mempertimbangkan KERS lagi. Alat ini pertama kali diperkenalkan di Formula 1 pada tahun 2009. Namun, tahun lalu dilarang digunakan. Tahun ini manajemen F1 kembali mengizinkan pemakaian KERS.

"Di Australia, kami tidak terlalu percaya diri untuk memakai KERS. Saat latihan kami sempat mempertimbangkan untuk memakainya. Di Malaysia kami menghadapi situasi yang berbeda. Ini sirkuit asli, mobil kami juga sudah teruji mampu bertahan pada lap yang panjang sehingga kami lebih yakin untuk memakai KERS. Mungkin Malaysia akan menjadi debut kami dengan KERS," kata Horner.

"Kami mempertimbangkan tambahan 80 tenaga kuda dari sistem itu. Perhitungan kami, mobil akan bertambah cepat hingga 0,4 detik. Namun, jika akhirnya keseimbangan mobil menjadi terganggu, maka kami tidak akan  segan untuk membatalkan pemakaian KERS di Malaysia," imbuhnya.

Pembalap McLaren, Lewis Hamilton, pernah menyebutkan bahwa Red Bull pasti akan memerlukan KERS di GP Malaysia. Pembalap Inggris itu yakin Red Bull tidak mungkin terus bertahan dengan prinsip konservatif mereka.

McLaren adalah tim yang paling canggih melakukan rekayasa KERS. Saat ini sistem yang mereka miliki diyakini paling hebat diantara seluruh KERS yang dipakai tim-tim Formula 1. Red Bull baru akan memakai  sistem ini di Malaysia, itu pun kalau jadi dipakai. Tunggu saja apakah Red Bull akan memakai alat itu.

No comments:

Post a Comment