Monday, April 4, 2011

Real Madrid Bersama Jose Mourinho Sudah Lampaui Dua Momok

Real Madrid Sudah Lampaui Dua Momok. Sejak memecat Vicente del Bosque pada pengujung 2002/03, Real Madrid seperti kehilangan arah. Butuh empat musim dan pergantian hingga enam entrenador sebelum akhirnya kemilau trofi bisa kembali digenggam Los Merengues.

Carlos Queiroz, Jose Antonio Camacho, Mariano Garcia Remon, Wenderley Luxemburgo, dan Juan Ramon Lopez Caro gagal mencapai ekspektasi klub. Baru di tangan Fabio Capello, yang kemudian berlanjut ke pangkuan Bernd Schuster, trofi mulai berdatangan. Don Fabio dan Mister Schuster berkontribusi atas sepasang trofi La Liga. Shuster menambahkan Supercopa de Espana dalam curiculum vitae miliknya.

Kendati demikian, enam nahkado yang mewakili kelompok gagal tadi, maupun duet sukses Capello-Schuster, belum bisa menghalau momok utama. Momok yang sebetulnya diharapkan bisa menghilang saat Madrid mendaulat mereka menjadi peracik strategi.

Bahkan Juande Ramos dan Manuel Pellegrini, dua pelatih Madrid, yang punya reputasi ciamik di kancah Eropa, juga tidak mampu. Saat mempercayakan kursi panas kepada eks pelatih Sevilla dan Villarreal itu, manajemen Bernabeu berharap peruntungan El Real di Benua Biru akan membaik.

Berbekal sembilan gelar liga champion yang telah berjejer rapi di museum Bernabeu, target juara bukanlah sesuatu yang muluk bagi Madrid. Kenyataannya, Del Bosque menjadi pelatih terakhir yang menyumbang trofi Liga Champion dan Queiroz menjadi lelaki terakhir yang membawa Los Blancos ke perempat final.

Karena itu, wajar Florentino Perez di termin keduanya sebagai el presidente mengambila "jalan pintas" untuk memutus momok perempat final Liga Champion dengan menunjuk Jose Mourinho. Modal El Spesial da Una, mengantar Porto (3/4) dan Inter Millan (9/10) bertahta di pucak Eropa, lelaki ketiga adalah Earnst Happel dam Ottmar Hitzfeld yang mampu mencetaknya, jelas memenuhi kriteria.

Tanpa kesulitan berarti Mou mampu membayar kepercayaan dengan melunasi target minimalis menembus delapan besar itu. Bahkan momok di wilayah berbeda, final Copa del Rey, yang tak pernah di lakono Madrid sejak 2002/03, pun berhasil dikubur oleh pria nyentrik dan kontroversial asal Portugal itu.

Tottenham Hotspur muncul sebagai lawan Madrid di perempat final, Rabu (6/4), di Stadion Bernabeu, venue yang menjadi saksi bisu sukses Mou bersama Inter Milan musim lalu, akan meladeni kereta api cepat asal klub London itu. Menilik prestasi regional, tentu Spurs tidak layak dibandingkan dengan Madrid.

Ini debut perdana Tottenham di babak delapan besar Liga Champion setelah perempat final berformat lama pada 1961/62. Sebaliknya, ini kiprah ke-27 Madrid di fase ini, dimana 21 diantaranya sukses dimenangi Si Putih. Rekor pelatih Madrid, Jose Mourinho, melawan gaffer Spurs, Harry Redknap? Mou punya catatan fantastis. Ketika masih menukangi Chelsea (2004-2007), Mou mampu mencatat hasil lima kali menang, dua kali seri dan sekali kalah saat menghadapi Spurs.

Meski begitu, pantas dicatat bahwa Spurs musim ini menyandang label giant-killer. Kejutan tatkala hanya kalah 3-4 dari Inter di Giuseppe Meazza dan menang 3-1 di White Hart Lane serta kemenangan 1-0 di tempat sama atas AC Milan, disusul skor kaca mata di London, membuktikan bahwa Spurs bukan lagi tim semenjana.

Masalahnya, sejak menahan seri AC Milan, Spurs belum pernah mencatat kemenangan lagi. Badai cedera yang diantaranya menyerang Gereth Bale, pemain terbaik mereka sepanjang  musim ini, ternyata punya dampak signifikan.

Kini tergantung pada Mou apakah dirinya mampu menghasilkan ramuan maut layaknya di Porto dan Inter, juga Chelsea, untuk membawa Madrid melangkah ke semifinal.

Analisis para pakar sepak bola di Ranah Spanyol menilai bahwa hilangnya Marcelo, Xabi Alonso, Cristiano Ronaldo, dan Karim Benzema sebetulnya bukan masalah asalkan Madrid mampu mempertahankan ritme  normal mereka. Maklum, saat dikalahkan Gijon weekend lalu, kesalahan utama Madrid terletak pada sisi individualistis yang kembali mengental.







Selama Angel Di Maria mau berbagi bola dengan jugador lain di kotak pinalti dan Emmanuel Adebayor bisa memfungsikan dirinya tak hanya sebagai goal-getter tapi juga assist-maker, lalu lini tengah yang dikawal Sami Khedira dan Mesut Oezil disiplin menjaga jarak antarpemain, Madrid punya kans memenangi bentrokan.

No comments:

Post a Comment